Antisipasi Erupsi Gunung Merapi, 10 Klaster Pengungsian Disiapkan
Beritaterkini99 – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten menyatakan hujan abu akibat aktivitas Gunung Merapi yang terjadi pada Jumat (4/1) malam tidak mengganggu aktivitas warga.
“Terjadi luncuran lava sejauh 1,2 kilometer dan tidak parah, hanya berlangsung 20 menit,” kata Kepala BPBD Kabupaten Klaten Bambang Giyanto di Klaten, Sabtu (5/1/2019).
Ia mengatakan kejadian tersebut pada pukul 20.01 WIB. Dua desa yang terkena hujan abu tersebut, yaitu Desa Tegalmulyo dan Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
“Malam itu juga kami langsung ‘dropping’ masker, meskipun di sana (rumah warga, red.) juga masih tetapi kami mengantisipasi kalau kekurangan,” katanya dilansir Antara.
Ia mengatakan beberapa hari terakhir ini, Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar yang mengarah ke Kali Gendol, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
“Semalam juga keluar lagi lava pijar, tepatnya pukul 00.53 WIB dan hanya berlangsung sekitar dua menit,” katanya.
Sebagai langkah antisipasi terjadinya erupsi Merapi, pihaknya sudah menyiapkan 10 klaster pengungsian, di antaranya klaster pengungsian, klaster keamanan, klaster peternakan, klaster kesehatan, dan klaster dapur umum.
“Tetapi biasanya untuk para pengungsi ada sistem pengungsian mandiri. Mereka ada partner untuk mengungsi, jadi mereka sudah menyiapkan tempat masing-masing. Ini sesuai SOP (standar operasional prosedur, red),” katanya.
Ia mengatakan, salah satu kendala pengungsian, yaitu warga meminta agar ternaknya terlebih dahulu yang diungsikan baru mereka mau keluar dari tempat tinggalnya. “Ini agak menyulitkan kami, tetapi kemauan warga seperti itu,” katanya.
Salah satu relawan Kecamatan Kemalang, Djenarto, mengatakan sejauh ini kehidupan warga setempat masih kondusif dan nyaman.
“Mereka tidak terganggu dengan kejadian semalam, ini juga bekas abu Gunung Merapi sudah tidak kelihatan karena tadi malam sangat tipis,” katanya.
Warga Boyolali Waspada
Hujan abu dari puncak Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tidak sampai Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kabupaten Boyolali, Sabtu (5/1/2019).
“Kondisi Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele yang memiliki jarak sekitar 3,5 kilometer dari puncak cerah berkabut dan bersih dari abu vulkanik,” kata Kepala Dukuh Stabelan Maryanto di Boyolali, Sabtu.
Ia mengatakan Gunung Merapi yang mengeluarkan lava pijar dari puncak mengarah ke hulu Kali Gendol, pada Jumat (4/1), sekitar pukul 21.00 WIB, justru tidak terdengar dari Stabelan, Boyolali.
Namun, warga Stabelan tetap waspada dengan melakukan ronda malam hingga Sabtu pagi. Warga Stabelan dengan jumlah penduduk sekitar 369 jiwa tetap berakivitas seperti biasa, antara lain bertani sayuran ke ladang masing-masing.
“Kondisi puncak Merapi dilihat dari Stabelan justru tidak kelihatan, tetapi saya bersama warga lainnya jaga malam hingga waktu shalat subuh,” kata Maryanto dilansir Antara.
Meskipun warga tetap beraktivitas di ladang, mereka diminta tetap waspada. Jika terjadi erupsi sewaktu-waktu, mereka langsung berkumpul di titik kumpul untuk dievakuasi ke tempat pengungsian yang sudah disiapkan di Desa Tlogolele.
Bahkan, pemerintah melalui para sukarelawan penanganan bencana alam erupsi juga telah menyiapkan berbagai keperluan di tempat pengungsian, seperti peralatan dapur umum.
“Namun kondisi puncak Merapi saat ini berawan dan status masih waspada level 2, informasi itu dari BPPTKG melalui pemerintah daerah setempat,” katanya.